Pak Munif, anakku ‘gila;
sama games, gimana cara menghentikannya?”
“Pak Munif, anakku
bilang: ‘TV is my life!”
Betapa banyak kegalauan
orangtua melihat anak-anaknya tersihir oleh games dan TV. Ketika saya tes ke
teman-teman saya yang rata-rata berumur 40-an, untuk main games bola dengan
play station, ternyata mereka yang sudah jadi orangtua juga tersihir oleh games
bola tersebut. Sampai-sampai lupa makan malam, lupa kalau di rumah ada sang
isteri dan anak yang menunggu. Berarti boleh dong saya pakai judul artikel di
atas: MENGAPA ANAK DAN ORANGTUA ITU ‘GILA’ GAMES DAN TV?
Jawabnya ternyata
sederhana, yaitu ternyata TV dan GAMES itu mempunyai modalitas tertinggi yang
disukai oleh otak kita. Dengan kata lain wajar, banyak orangtua dan anak yang
suka games. Lalu apa yan gsimaksud dengan modalitas otak itu?
Secara sederhana
modalitas itu adalah jalan informasi masuk ke otak kita. Ada beberapa teori
yang menjelaskan modalitas ini, yang terkenal adalah teori dari Dr. Venon
Magnesen dari Texas Universitas. Ternyata hasilnya jalannya informasi yang
masuk ke otak mempunyai kualitas yang berbeda-beda dalam hal penyerapan
informasinya.
Jika informasi didapat
dengan cara MEMBACA, mempunyai kualitas ingatan hanya 20%.
Jika dengan MENDENGAR,
kualitas ingatannya 30%.
Jika dengan MELIHAT,
kualitas ingatannya 40%.
Jika dengan MENGUCAPKAN,
kualitas ingatannya 50%.
Jika dengan MELAKUKAN,
kualitas ingatannya menjadi 60%.
Jika dilakukan dengan
meLIHAT, MENGUCAPKAN, MENDENGAR, dan MELAKUKAN, kualitasnya sampai 90%.
Bobbi de Porter dalam
bukunya Quantum Teaching, juga membahas modalitas ini dengan istilah VAK,
Vidual, Audio dan Kinestetis. Hasilnya sama, modalitas tertinggi itu adalah
kinestetis atau dengan melakukan. Sekarang perhatikan makhluk yang bernama TV
atau GAMES. Ternyata dua makhluk ini menggunakan modalitas tertinggi dengan
kualitas terbaik. TV dan GAMES adalah media visual yang bergerak, jika ada
audionya, dahsyat. Suara bom yang menggetarkan jantung. Lengkingan tangisan dan
lain-lain. Visual tersebut tidak diam, namun bergerak. Apalagi jika menggunakan
tiga dimensi. Wow pasti lebih heboh. Kita diajak ikut serta, baik fisik maupun
emosi. Pasti kita merasakan tak puas, perasaan kalah jika memang kalah dalam
bermain GAMES. Ada emosi terpantik di dalamnya. Dan itu semua sangat disukai
oleh otak kita dan anak kita. Ibarat jalan tol, TV dan GAMES menyuguhkan
informasi dengan menggunakan jalan tol yang paling lancar, cepat, tidak macet
untuk sampai ke otak kita.
Nah itulah penyebab
mengapa kita dan anak-anak sering tersihir oleh TV dan GAMES. Memang hal yang
wajar, sebab otak kita menyukai apa yang disuguhkan oleh dua makhluk itu.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana tiba-tiba TV, GAMES dan MEDIA yang
lain membawa dampak negatif dalam kehidupan anak-anak kita. Hal itulah yang
harus diteliti dengan fokus dan dicarikan jalan keluarnya. Minimal dengan
pemahaman kita tentang modalitas, kita sebagai orangtua dan guru sekarang
mengetahui jika informasi disampaikan dengan audio, percayalah informasi
tersebut lama sekali sampai ke otak kita dan anak kita. Jadi yang harus
dibudayakan adalah mengajak ikut serta anak dalam memahami apapun dengan ‘DO
IT’, atau ‘LAKUKAN SAJA’. Kita harus mengalahkan kekuatan modalitas pada GAMES
dan TV. Semoga bermanfaat.
* http://munifchatib.wordpress.com