Nur Apriani, nama yang diberikan Ibunda Sumirah
dan Bapak Roeslani (alm) , terlahir di
kota ikhlas, tanggal 26 April 1978. Masa kecil hingga bangku SMA dinikmati juga di kota ini di sebuah rumah
penuh kenangan yang cukup luas bersama seorang kakak perempuan “Heni Setyowati
“ seorang yg serba bisa, cekatan, koleris dan seorang adik laki-laki yang
subhanallah memberi warna tersendiri untuk keluarga kami, serta beberapa
saudara sepupu dari Comal dengan jumlah cukup banyak yang ikut tinggal di rumah
kami karena mereka meneruskan sekolah lanjutan
di Pemalang. Warna-warni pelangi tergores indah dengan sadar ataupun tanpa
sadar dari mereka untuk kehidupan anak manusia yang lebih senang dengan satu
nama panggilan saja “APRI” . Menurutnya nama Apri sangat cocok untuk
dirinya…daripada nama panggilan Nur atau Ani, ada kesan tersendiri yang tak
bisa diungkap lewat kata…walaupun dulu sempat protes ke ortu
“ Kok yo ndak kreatif buanget cuma buang huruf L
aja dari nama bulan,ntar kalo anaknya ndak kreatif gimana???”he…
Sikap kritis dan terbuka mengemukakan pendapat
sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami, namun kedisiplinan juga tetap
ditegakkan bahkan mungkin untuk keluarga pada umumnya terlihat ekstrem. Ada
jadwal-jadwal khusus yang harus kami ikuti,juga beberapa tugas kemandirian yang
diberikan pada kami,dan target-target yang harus kami capai…menurutku dan mbak
Hen..pola pendidikan lama.Afwan mbah…Dan ini menjadi evaluasi bagi kami untuk
menerapkan yang lebih bagus dan membuang hal-hal yang kurang bagus dalam pola
pendidikan anak-anak kami setelah kami menjadi ibu.
Bercerita tentang masa sekolah, tak mungkin
hanya beberapa halaman dari profil ini,namun karena pesan mimin tidak menerima
dalam bentuk buku…he..he..tiada maksud nyaingi penulis Rahman Hanifan,Siti Untari,
dan Kirana W. So…garis besarnya aja ya
mimin???
Masa
sekolah dasar di jelajahinya dengan riang gembira di SDN 01 Kebondalem, dulu
dikenal dengan nama SDL SPGN, memori setiap tahun ada guru-guru baru yang
latihan mengajar masih tersimpan rapi dalam computer yang subhanallah Allah
rancang sedemikian rupa sehingga tak kenal istilah “jadul” dan Alhamdulillah
ini merupakan bekal luar biasa yang Allah skenariokan untuk hamba- Nya yang sekarang
dipanggil Ustdzh. Apri or Bu Apri untuk generasi pertama SDIT Buah Hati
Pemalang. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di nikmati di SMPN 2 Pemalang.
Inilah masa-masa yang sangat indah menurutnya karena bebas berekspresi dalam
semua kegiatan, “kemaruk” bahasa Pemalangnya. Dari hari Senin sampai Ahad
inginnya selalu aktif,ikut semua kegiatan ekstrakurikuler yang ada. Dari karate,
basket (nyicipi tok), PBB ( dulu kegiatan ini keren lho, sepertinya sekarang
tidak ada kegiatan ini ya ,padahal banyak manfaatnya…), Pramuka, Majalah
dinding, apa lagi ya?tolong yang alumni SMPN 2 bantu inget-inget dong! Intinya
nyobain semua ekskul di sekolah ini bahkan karena sangkin kemaruknya nyoba juga
kegiatan di luar sekolah ikut organisasi Filateli di Kantor Pos Pemalang. Kenapa
hal ini dilakukannya??? He,…Coba lihat lagi tulisan awal tentang karakter
kakak…he..he…ini adalah kala pertama Apri kecil lepas dari perbandingan
kehebatan sang kakak,karena kakak sekolah di SMPN 4 Pemalang…Di sinilah hamba
Allah ini belajar betapa tidak asyiknya dibanding-bandingkan dan betapa
nikmatnya menjadi pribadi tanpa pembanding,utuh sebagai diri seorang Apri
dengan keunikannya (Ibroh selanjutnya yang dapat diambil ketika sudah dewasa
dan menjadi seorang pendidik adalah ketika kita melihat “setiap anak adalah unik” maka potensi yang di miliki anak akan
lebih tergali dan berkembang hingga mampu berdaya guna untuk dirinya sendiri
dan lingkungan sekitarnya. Allahu Akbar!!!he…Semangaten kye..). Tahun 1993
melanjutkan jalur pendidikannya di SMAN 1 Pemalang, masa ini juga tak kalah
asyiknya dengan sebelumnya…masih dengan semangat 45 mencoba aktif dalam setiap
sesi kegiatan yang ada, teater,belajar mengaji dengan Bu Farida, majalah
dinding, pramuka dan mulai menyukai les mata pelajaran di malam harinya, apa
lagi ya???kayanya berangkat terus dari senin sampai Sabtu…ada yang bisa bantu
mengingat??Tahun kedua duduk dibangku SMA terpaksa harus merelakan semua
kegiatan ekskul,karena menurut pendapat orangtua kala itu…prestasi akademik
menurun. Ketika mencoba bertahan untuk tetap ikut dengan berbagai alasann yang
bisa diungkapkan tetap tidak diterima. (Sebetulnya hanya rengking saja yang
turun dari urutan ke-3 di kelas 1.2 menjadi urutan ke-7 untuk nilai naik
beberapa point) tapi menurut kacamata orangtua saat itu konsentrasi lebih
banyak di ekskul, kebetulan latihan teater terus guna pementasan pelepasan anak
kelas 3 dan latihan pramuka untuk perkemahan mewakili sekolah juga. Di sinilah
karier pramuka terenggut ihik-ihik-ihik…padahal ketika diikutkan lomba kata
kakak senior diharapkan nanti akan dipetakan jadi pembina pramuka karena hanya
3 anak perempuan dari kelas satu. Dihempas dari berbagai aktifitas membuat
liburan kenaikan kelas tidak begitu bersahabat dimatanya…berbagai cara untuk
mencoba beradaptasi dan memulai langkah agar tetap ceria…Di kelas 2,cukup membuat deg-deg byar
karena ternyata berkumpullah juara-juara di kelasnya…
”Lha piye iki???patokane wongtuoku rangking
je??? “Ha..ha…
Alhamdulillah di kelas ini memantapkan potensi
lainnya dari sosok Apri terutama di bidang akademis. Keasyikan baru mulai
disenanginya berpindah dari satu les ke les lainnya dengan sepeda
birunya,membuatnya melupakan kesibukannya yang dulu…( Ibroh yang bisa diambil
sekarang ketika jadi seorang guru adalah menjadi tau bagaimana cara agar anak
dapat belajar cepat, tepat, efektif, asyik dan menyenangkan, Ternyata hal ini
tidak semua orang tahu. Tanpa sadar ada memori penilaian ketika guru memberi
ilmu baru, dulu hunting guru les yang terkenal…ilmu coba mencoba…kemudian
dibandingkan dengan guru di sekolahnya…he..he…maaf )
Subhanallah…ternyata begitu indah Allah
membuatkan scenario kehidupan untukku…..
Dilanjutkan ke masa kuliah
nih???Bekerja???nikah???jadi ibu???dan sekarang???jatah profil berapa halaman
mimin???
Sebelumnya masuk ke masa kuliah hamba Allah ini mulai
mengenal dan merasakan arti sebuah kegagalan. Kata kegagalan sering dijumpainya
namun kata ini tidak sampai masuk kedalam hati, entahlah apa karena kePDan yang
terlalu besar atau malah justru sudah sampai taraf sombong…naudzubillah…Teguran
Allah pun datang selepas SMA, menurut perhitungan manusia Insya Allah bisa masuk ke perguruan tinggi
favorit di Bandung. ITB. Namun skenario Allah berkehendak lain…Anak yang
terjaga makannya sampai tidak kenal masakan warung yang ada MSGnya ini tidak
doyan makanan apa-apa…”rasanya aneh...”hingga hanya krupuk tok yang dijadikan teman nasi akibatnya males makan dan maag kronis pun
menyapanya tepat saat UMPTN hingga tak ada tenaga untuk bangkit dari tempat
tidur…Alih-alih pengalaman tetap berangkat untuk lihat suasana,namun di tempat
ujian hanya tiduran tok…He..he…edisi manusia mencari alas an untuk menutupi
kekurangan dirinya (Ibroh yang di dapat dari peristiwa ini adalah Allah pembuat
skenario terbaik bukan kita, yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik
menurut Allah, gagal di UMPTN bukan berarti gagalnya kehidupan, belajar ilmu
padi semakin pintar semakin tunduk dan harus senantiasa meminta pertolongan
Allah,deket ma Allah melihat kesuksesan yang didapat dari anak rohis masjid
SMAN 1 Pemalang kala itu…hampir seluruh anak masjid ditrima di fakultas favorit
perguruan tinggi negeri ternama di negeri ini, Allah melihat proses bukan
hasil…teringat dekapan seorang guru di depan kantor ketika menguatkan langkah
kecil ini agar tetap bersemangat…ihik..ihik…) Tak bisa mengikuti tes lainnya
karena penyakit maagnya cukup kronis, dua bulan hanya di tempat tidur membuat
semuanya terasa lambat…Setahun yang
sepi…………………………………………………………………………………………………………………
Tahun 1997, mencoba bertarung lagi di
UMPTN…dengan kePDannya yang tetap membara ITB masih menjadi incarannya, tetapi
dalam doanya telah berubah setelah mengenal sedikit indahnya islam di bimbel
Nurul Fikri Jakarta, permintaannya adalah jalan terbaik menurut Allah, hingga
ketika namanya tidak tercantum di lembaran Koran tidak membuatnya patah arang.
Singkat cerita diterima di ITB ha..ha… plesetannya Institut Tekstil Bandung
alias STTTekstil Bandung di bawah Deperindag. Di sinilah warna-warni pelangi
itu makin indah terlihat ketika bisa melihat dunia dari syukur dan sabar.
Kehidupan anak kampus yang asyik di kegiatan masjid tercinta DKM Libaasuttaqwa dan
KAMMI KAMDA Bandung menjadi dunia yang tak mungkin terlepas saat kuliah dulu…Di
sinilah Lab kehidupan mulai ditata, ditempa, dan di tarbiyah agar dunia tidak
hanya indah dari kacamata manusia tetapi juga yang utama adalah keridhoan dari
penciptaNya Rabnya…Allah SWT, semoga istiqomah hingga akhir
hayat,doakan,aamiin….
Ada ibroh atau pelajaran dari setiap peristiwa
yang Allah skenariokan untuk kita.Yakin keadaan kita saat ini adalah kondisi
yang terbaik karena kehidupan dunia hanyalah sarana untuk kehidupan yang
hakiki. Menjelang lulus ada bentrokan hati yang tak dapat di kompromi melihat
kondisi yang ada, ternyata dunia pabrik dengan mesin-mesin tekstil yang besar
itu dan ruangan lab yang dingin karena hanya 2-3 orang saja membuat urung untuk
mencoba memasukkan ijazahnya ke pabrik tekstil. Renungan panjangnya menariknya
ke sebuah cita-cita yang dulu saat TK sampai dengan SMP selalu
terucap..”menjadi seorang guru”. Bagaimana mungkin???Allah selalu memberi jalan
untuk orang-orang yang senantiasa berusaha,bukankah itu tugas kita sebagai
manusia…Yakin akan pertolongan Allah.
Alhamdulillah suami kakak dinas di Riau dan
menurutnya peluang guru di Riau besar apalagi lulusan Jawa, dengan bismillah
berangkatlah menuju pulau impian….naik bus saat itu 3 hari 2 malam…pengalaman
berangkat seorang diri langsung dari Bandung setelah wisuda beberapa hari tidak
menunggu ijazah keluar…nekat tidak sih???he..he..hanya berbekal transkrip nilai
akhir.
Di Pulau inilah karier sebagai pendidik mulai
dirilisnya, April tahun 2002, Tidak segampang dalam khayalannya karena dunia
pendidikan saat itu adalah hal baru, hanya berbekal suka membaca buku tentang
pengasuhan anak dan semangat. Diterima di TK Akramunaas Riau namun hanya
sebentar karena masih bingung tak tau harus bagaimana, tidak seperti dalam
bayangan. Hingga akhirnya sebuah perusahaan membuka lowongan pekerjaan sebagai
guru di sekolah frenchice dari Bandung, PG-TK Bintang Cendekia Leadeship
School. Berbagai tes akhirnya dijalani dan bergabung di awal tahun sekolah ini
dirilis di Pekan Baru Riau. Di sinilah buanyak sekali ilmu yang tak mungkin
terlupa yang bisa dikatakan sebagai dasar pijakan langkah selanjutnya, dan
idealisme konsep pendidikan mulai muncul….Hari-hari penuh cerita mengalir indah
dan mulailah merasa bahwa inilah kebahagiaan jiwa bersama anak-anak dan dunia
pendidikan, tak ada kata lelah bersama mereka. Senantiasa belajar dan belajar
dari setiap kejadian yang ada di sekitar mereka, keunikan pribadi masing-masing
anak, kedinamisan yang mengalun indah…Dari sinilah asa itu muncul…
SkenarioNya adalah yang terbaik, ketika
kenikmatan mulai terasa ternyata suami kakak di mutasi ke Bandung…tak ada sanak
saudara dan pertimbangan kondisi lingkungan saat itu yang tidak sehat akibat
kebakaran hutan membuat urung untuk tetap menimba ilmu di sekolah yang
subhanallah…Kembali ke Bandung…lamaran menjadi guru dan mengambil ijazah yang
tertinggal di kampus 2 tahun lebih. (He..he..). Kemudian menjadi guru di
Bandung, kebetulan langsung ditrima karena mendapat referensi sekolah Bintang
Cendekia yang ternyata cukup punya nama di Bandung. Hanya 1,5 tahun berbagi
cerita dan warna-warni pelangiNya dengan anak-anak Bandung karena Allah
mempunyai skenario dipertemukannya dengan suami Embun Ari Wibowo,temen TK pada
saat liburan semester. Itulah memori kami saat pertama kali bertemu…yang
kemudian beberapa teman memberikan bukti kami pernah sekelas saat SMP dan
ternyata betul tidak ada dalam memori kami.Asli!!!he..he…
Balik ndeso,mbangun deso…
Saat itu terlihat jelas di depan mata SDIT Buah Hati dengan 8 siswa
karena kebetulan rumah ibunda Sumirah di tempati sebagai rintisan sekolah ini
berdiri. Cletukan ringan suami membuat sisi ruang hati kecil ini terpanggil
untuk dapat berkontribusi dengan potensi yang ada. Ini gaya Narsis ndak???atau
ini gaya orang sanguinis??? Apapun itu dengan sedikit ilmu yang di punya dan
semangat berbagi membuat kerap berdiskusi tentang dunia pendidikan ke 4 guru SDIT saat itu. Pada tahun pelajaran
kedua SDIT Buah Hati akhirnya saya meleburkan diri bersama para pejuang
pendidikan….Ups…cerita ini terpaksa harus dipotong karena ada forum khusus yang
dibuat mimin untuk kesan menjadi guru di SDIT. Sampai akhirnya sekarang di tahun kedelapan
SDIT Buah Hati Pemalang, saya, Nur Apriani ummi dari 2 H (Haidar dan Hammam),
mahasiswa PGSD UT Purwokerto semester 7 masih menikmati langkah kecilnya,
berbagi warna-warni pelangiNya dengan rekan ustadz-ustadzah mencoba memberikan
segenap potensi yang ada untuk membangun batu bata- batu bata peradaban yang
matang guna tegaknya kalimat Allah di muka bumi ini. Doakan kami agar tetap
istiqomah dan semangat dengan tantangan yang makin beragam. Allahu Akbar!!!
23 Oktober 2012 pukul 00.14
Sip sip sip...!