Jawa Tengah. Masa kecil bercita-cita menjadi seorang Tentara yang disegani bukan ditakuti namun cita-cita itu telah terkubur dalam-dalam saat ia berumur anak SMP dikarenakan kedua matanya harus menggunakan sambungan untuk dapat melihat (kacapanon in Sunda). Menghabiskan waktu di SD Negeri 2 Waledkota selama 6 tahun (Alhamdulillah naiiiik trus....) khatam SD pada Tahun 1999, ada hal lucu saat SD kls 1, saat itu pembagian rapot Catur wulan I dan Ia mendapatkan Ranking 8 dengan rasa bangga dan senang ditambah ketidak mengertian urutan ranking yang sebenarnya, Ia berjingkrak-jingkrak berlari dari Sekolah menuju rumah karena menurut Ia ranking 8 itu adalah ranking terbesar/terbaik ke dua dari ranking 10 dan pada saat sampai di rumah barulah diberitahu bahwa ranking terbaik adalah ranking 1. (hahaha maluuuu) dan saat itulah akhir mendapatkan ranking 8 yang selanjutnya ranking 2,3,4. Ada satu hal yang mungkin bagi orang lain aneh yaitu ia tidak pernah mau untuk menjadi Ranking 1 karena sering disuruh-suruh ini itu oleh gurunya terutama disuruh nulis berlembar-lembar dipapan tulis sedangkan gurunya??? Entah! walaupun kenyataannya tetap menjadi tombak kepercayaan saat di kelas. hehehe
Setelah menyelesaikan jenjang SD berkat Rahmat Allah SWT
dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas (UUD’45 kalee) maka Ia
melanjutkan ke SLTP Favorit yang ada di Cirebon sebelah timur yang benama
SLTPN1 Ciledug lulus tahun 2002. Tidak begitu
banyak pengalaman yang diperoleh saat SMP Ia hanya mengikui Ekskul Palang Merah
Remaja (PMR), Pramuka dan Basket meskipun hanya setengah-setengah. Setelah SMP
diselesaikan Ia pun melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Babakan, lulus
tahun 2005. Mengikuti Ekskul Pecinta Alam meskipun
kandas ditengah jalan dikarenakan kasih sayang orang tua yang tidak menghendaki
putra tercintanya sering berpergian ke Gunung Ciremai. Saat SMA timbulah
cita-cita baru yaitu ingin menjadi guru dan Alhamdulillah setelah lulus dari
SMA Ia mengikuti Ujian Masuk (UM) Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas
Ilmu Pendidikan Program PGSD jenjang D2 dan lolos seleksi dari ribuan peserta
yang mendaftar. Saat Kuliah Ia mengikuti beberapa organisasi-organisasi kampus
diantaranya:
1.
Anggota Pramuka Dewan Racana Ki Mas Jong
dan Dewi Sartika pada tahun 2005/006
2.
Anggota AKMAPALA (Aktifis Mahasiswa
Pencinta Alam) walau kandas ditengah jalan karena perbedaan Prinsip dalam
sebuah tes lanjutan anggota, yang saat itu para Anggota di wajibkan melalui tes
menjadi pengemis/pengamen/pemulung yang harus
meminta-minta uang/memungut barang di Pasar tengah kota, meskipun hal
itu hanya sebagai tes mental tapi Ia tetap dengan keputusannya untuk keluar dengan alasan “Tangan Di Atas
Lebih Baik daripada Tangan di Bawah”.
3.
Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa pada
tahun 2005/2006
4.
Ketua Bidang Internal Dewan Racana Ki Mas
Jong dan Dewi Sartika Tahun 2006/2007
5.
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Tahun
2006/2007
Karena kekritisan terhadap kampus
dan keaktifannya Ia mendapatkan Bea Siswa bagi aktifis, (yah lumayan untuk bayar kuliah selama 2 semester)
Setelah
menyelesaikan pendidikan D2 Ia kembali ke Desa tempat tinggalnya dan
mengabdikan diri pada sebuah sekolah dasar SDN 2 Waleddesa saat itu benar-benar
merasakan guru tanpa tanda jasa dengan memiliki siswa yang dikenal oleh
guru-guru sebagai kelas “super ribut” tetapi dengan kesabaran dan kedekatannya
dengan murid akhirnya cap sebagai kelas “super ribut” itu pun berbalik. Ada
perasaan sedih dan berat hati saat Ia dengan terpaksa meninggalkan
murid-muridnya yang selama 3 tahun bersama saat mereka menginjak kelas 6 dan Ia
pun tidak mendampingi mereka sampai lulus. Saat itu Ia harus hijrah ke
Pemalang. Alhamdulillah murid-muridnya pun berhasil menebas semua soal UN tanpa kesulitan dengan hasil yang sangat
memuaskan dan tanpa bantuan dari guru seperti kebanyakan SD lainnya.
Jenjang S1
ia selesaikan dalam waktu 2 tahun di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
kembali menggali ilmu di kampus itu dengan proses tanpa tes akademik atau
wawancara karena ia mendapatkan tiket spesial (yang mendapat IP >3.50 saat D2 dapat melanjutkan tanpa tes)
dengan mengambil jurusan yang sama. Sampai saat ini Ia meniti karir mengajar
kembali yang sempat terputus beberapa bulan dan akhirnya di beri amanah di SDIT
Buah Hati Pemalang sebagai guru dan pembina pramuka.
Menikahi
seorang perempuan yang bernama Inayah Apriyanti pada tahun 2010 dan dikaruniai seorang
putri pada tahun 2011 yang diberi nama Aqila Nayza Kusuma.