twitter
rss


الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد


Dua Jalan Hidup yang Kita Jalani

Allaah Subhaanahu wa Ta’aala memberikan dua jalan kehidupan pada manusia untuk dipilih dan dijalani, yakni jalan fasik dan jalan takwa. Sehingga setiap manusia akan menjalani kehidupan dengan dua jalan tersebut dan ia akan diminta pertanggungjawabannya.

Allaahu ‘Azza wa Jalla telah menjelaskan dalam firman-Nya,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاها قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya: “Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (dengan ketakwaan) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan kefasikan).” [Qs Asy Syam/91: 7-10]


Selanjutnya dalil atau landasan yang memastikan semua manusia akan dibangkitkan dan diminta tanggungjawab atas amalannya adalah firman Allaah Subhaanahu wa Ta’aala berikut ini,

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
Artinya: “Pada hari itu (di akhirat) kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).” [Qs. Al Haaqqah/69: 18].

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Pada hari ini (di akhirat) Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka upayakan (amalann di dunia).” [Qs. Yasin/36:65]

Manusia akan ditanya kelak di akhirat, kenapa ia memutuskan untuk menjalani amalan baik dan amalan buruknya selama hidup di dunia. Adapun bila manusia itu menyangkal atau mengatakan, “aku tidak melakukannya”, maka akan di datangkan saksi yang benar. Sesungguhnya Allaah Maha Menyaksikan perbuatan manusia selama di dunia, dan para malaikat akan membuka catatan amal yang menjadi bukti amalan manusia, disaksikan oleh Rasulullaah Muhammad Saw dan bahkan ketika di akhirat kelak, tangan dan kaki manusia akan berbicara mengatakan apa saja amalan yang sebenarnya diperbuat oleh manusia.



Setiap Anggota Keluarga Adalah Pemimpin

Dalam sebuah keluarga, setiap orang adalah pemimpin. Semua orang dalam keluarga mengambil keputusan untuk melakukan amalan baik dan buruknya dan pasti akan ditanya di akhirat kelak. Suami akan ditanya semua amalnya, termasuk bagaimana ia mendidik diri, isteri dan anak-anaknya. Demikian pula isteri akan ditanya tentang amalan baik dan buruknya, termasuk dalam hal mendidik diri, suami dan anak-anaknya. Bahkan anak-anak pun akan ditanya amalannya, termasuk dalam hal mendidik dirinya dan berbakti pada kedua orangtuanya.

Dalil yang jelas tentang manusia sebagai pemimpin adalah penjelasan Nabi Muhammad Saw,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ , وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
Artinya: “Setiap kalian (manusia) adalah pemimpin, dan kalian akan diminta untuk bertanggungjawab atas apa yang kalian pimpin. Kaum lelaki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia bertanggungjawab tentang keluarganya. Kaum wanita (dalam keluarga) adalah pemimpin atas rumah suami dan anak-anaknya, dan ia bertanggungjawab atas keduanya.” [Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal; 5990, diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar ra]

Dalam konteks pendidikan Islam sepanjang hayat, hakikat pendidik itu bisa orangtua kepada anak, bisa juga anak kepada orangtua. Misalnya orangtua merawat anak dari kecil, orangtua menyayangi anak dan mengajarinya cara makan, berbahasa santun sampai sholat dan mengaji Al-Quran. Satu sisi lain di waktu tertentu anak yang belajar Al-Quran di madrasah atau pesantren datang menemui orangtuanya, lalu orangtuanya minta diajari cara membaca Al-Quran, bagaimana tafsir ayat-ayat Al-Quran yang muhmakat, bagaimana cara yang benar menurut Allaah dalam melaksanakan zakat dan seterusnya. Artinya setiap manusia bisa saling mendidik satu sama lain. Dan beruntunglah orangtua dan anak-anak yang saling mendidik karena mengharapkan pahala terbaik dari Allaah Subhaanahu wa Ta’aala.

Dalil yang wajib kita yakini untuk saling berbuat baik, termasuk saling mendidik adalah sebagaimana firman Allaah berikut ini,

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allaah, sesungguhnya Allaah amat berat siksa-Nya.” [Qs. Al-Maidah/5:2]

وَالْعَصْرِ  إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ  إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” [Qs. Al ‘Ashr/103:1-3]

والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء
Artinya: “Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedkitpun pahala amal (kebajikan) mereka.” [Qs. Ath Thur/52: 21]



Mengatasi Masalah Fasik dan Kembali Pada Jalan Takwa

Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang luput dari kesalahan, maksiat dan perbuatan dosa. Sehingga solusinya adalah menyesal dan segera menghindari perbuatan serupa yang berada di jalan fasik, lalu kembali kepada jalan takwa. Artinya simpel, jika orang sedang taat kepada Allaah dan Rasulullaah Saw, kemudian orang ini tergoda berbuat dosa, maka segera hentikan perbuatan itu dan kembalilah taat pada Allaah dan Rasul-Nya.

Dalam keluarga pun sama, tidak ada ayah, ibu dan anak yang luput dari dosa. Makanya semua anggota keluarga harus tahu cara taubat sebagai solusi saat mulai tergoda melakukan perbuatan dosa atau sampai tenggelam di dalamnya. Semua anggota keluarga harus saling mengingatkan agar menjauhi perbuatan dosa dan segera taubat jika terlanjur berbuat dosa. Akan lebih menyenangkan hidup dalam lingkungan keluarga yang shalih, saling tolong dalam berbuat kebaikan dan saling mencegah dari berbuat dosa.

Allaahu Ta’aala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: “Dan bertaubatlah kepada Allaah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [Qs. An Nuur/24 : 31].

Perbanyaklah istighfar, mohon ampunan kepada Allaah atas segala dosa. Dan saling berishlah atau meluruskan dan memperbaiki di antara anggota keluarga jika terdapat kesalahan dan sakit hati. Berikanlah maaf dan tentunya meminta maaf adalah bagian dari sunnah Nabi Muhammad Saw untuk saling berishlah di antara anggota keluarga.

Demikianlah kehidupan keluarga yang selalu saling berbuat baik, saling mendidik dalam bingkai indahnya Islam, mereka adalah keluarga bahagia yang dijamin beruntung di kehidupan dunia dan akhiratnya. Masyaa Allaah. Semoga Allaahu Ta’aala menjadikan kita dan keluarga menjadi golongan orang shalih dan bertakwa. Aamiin

والله أعلم

*www.gurumuslim.com

0 komentar:

Posting Komentar